Refleksi MILAD Ke-48

Penulis : IMMawan Muhammad Ramdhan
(Ketua umum PC IMM Kota Parepare)

ImageIkatan Mahasiwa Muhammadiyah memasuki usianya yang ke Empat puluh delapan tahun, waktu yang cukup mendewasanakannya sebagai organisasi mahasiswa.“Saya beri restu kepada Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah” adalah pesan singkat yang dituliskan Presiden Soekarno pada selembar kertas kepada founding father IMM ketika itu. Pesan yang singkat namun memiliki ekspektasi yang begitu besar, dinamika politik bangsa yang berada ditengah pergolakan, konfrontasi gerakan komunisme yang menyebabkan terpolarisasinya gerakan kemahasiswaan adalah kondisi yang dihadapai empat puluh delapan tahun yang lalu. Sehingga hadirnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah diharapkan menjadi solusi atas pelbagai masalah.

IMM tidak hadir begitu saja, banyak tantangan yang mesti dihadapi terlebih karena situasi yang memang sulit. Muhammadiyah sebagai organisasi induk tidak dengan mudah meresmikan IMM sebagai organisasi otonom, itu karena adanya pertentangan dalam internal Muhammadiyah sendiri. Sebagian pengurus Pemuda Muhammadiyah menganggap IMM belum bisa dilahirkan karena belum ada perguruan tinggi Muhammadiyah ditambah lagi ketika itu telah ada organisasi mahasiswa yaitu HMI, sementara Muhammadiyah bersama kelompok masyumi memiliki kesepakatan bahwa satu-satunya organisasi mahasiswa Islam adalah Himpunan Mahasiswa Islam. (Baca : Kelahiran yang dipersoalkan).

Meski belum diresmikan, penggagas IMM sudah menggiatkan kegiatan-kegiatan perkumpulan mahasiswa dan pengajian yang diikutii oleh banyak mahasiswa, sehingga menambah keparcayaan diri bahwa IMM memang sangat pantas untuk diadakan. Mahasiswa yang ikut dalam perkumpulan bukan hanya dari kalangan Muhammadiyah, tapi ada juga dari mahasiswa NU dan lingkungan gereja, mereka adalah Rosyad Saleh dan Sudibyo Markoes. Gagasan peresmian IMM semakin kencang, lewat Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Palembang dibentuklah Lembaga Dakwah Muhammadiyah yang akan mengawal peresmian IMM sebagai Ortom Muhammadiyah hingga mencapai puncaknya status keanggotaan Muhammadiyah istimewa Masyumi berakhir pada tahun 1959.

Secara eksternal, gerakan partai komunis yang massif turut mengganggu IMM, warna merah hitam yang didominasi oleh PKI justru digunakan sebagai warna kebesaran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai bukti betapa IMM sangat berani memasuki gelanggang pergerakan melawan PKI yang memang momennya sangat dekat dengan peristiwa G30S/PKI. Dari jatuhnya rezim orde lama hingga saat ini Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah terus melanjutkan gerakannya dalam “mengupayakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiya”. (Baca : Anggaran Dasar IMM)

Sebulan sudah Muktamar IMM berlalu, kota Medan menjadi saksi bagaimana Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah telah menjadi Organisasi besar. Itu dapat dilihat dari ribuan kader yang berkumpul dalam megahnya forum Muktamar. Tak ketinggalan, Isu hadirnya elit politik diarena Muktamar menambah kemeriahan pesta demokrasi IMM sekaligus menjadikannya kelompok yang menentukan masa depan politik kebangsaan mengingat peran strategis mahasiswa, tapi sesungguhanya tak ada yang bisa dibanggakan dengan dinamika Politik Mahasiswa saat ini. IMM yang mestinya teguh dalam upaya membina kader berkarakter, tidak boleh tergerus oleh pragmatisme gerakan yang orientasinya kekuasaan.

Begitupun didalam kampus, IMM ditengah banyaknnya persoalan mesti konsisten untuk mengabdi. Menjadi kelompok yang bermanfaat dimanapun berada lewat sporadisasi kader. Apalagi dijaman global seperti saat ini, organisasi dituntut untuk berpikir progresif dan futuristik lewat kegiatan-kegiatan kreatif dan mencerahkan. Cerah spiritual dan Intelektualnya sebagai jargon yang terinternalisasi dalam diri setiap kader dan pimpinan IMM. Berangkat dari pemikiran diatas, maka patutlah kita percaya diri dan kembali mengakat panji organisasi, dengan melanjutkan proses kaderisasi yang berjenjang, kader Darul Arqam Dasar (DAD) adalah manusia – manusia tangguh yang telah berproses dalam perjuangan yang tidak mudah, menjadikannya kader berintegritas, unggul dalam intelektual serta anggun dalam moralitas.

Tinggalkan komentar