Call For Writer

keyboard

  • Karya orisinil dan belum pernah dipublikasikan
  • Tema lomba adalah “Akhlak Nabi Muhammad SAW”
  • Peserta boleh mengirim lebih dari 1 cerpen dengan identitas jelas
  • Spesifikasi cerpen minimal 1 halaman Kertas HVS Kwarto Spasi 2 Font Arial 12
  • Cerpen dikumpul paling lambat 30 Januari 2013 Pukul 24.00 Wita
  • Cerpen diantar langsung ke Sekretariat PC IMM KOTA PAREPARE atau mengunduh ke http://www.facebook.com/imm.parepare berupa dok.
  • Pengumuman hasil lomba pada 2 Februari 2013

Realitas Kenabian Kyai Dahlan

‘Ibrah

Ketika Kiai Ahmad Dahlan pulang dari Makkah, yang dibawa bukan tumpukan kitab atau oleh-oleh khas Arab, melainkan biola, kompas, dan peta dunia (film Sang Pencerah). Kiai Dahlan tidak membawa barang atau informasi/pengetahuan yang sudah banyak dikenal orang, terutama di dalam negeri, tetapi beliau membawa barang  baru yang dianggap tabu oleh banyak orang  pada waktu itu. Begitu juga keberaniannya mengenakan busana yang sama dengan model Belanda pada saat itu dan sekaligus mengajar di sekolah milik penjajah.  Dari situ saja kita dapat menangkap wajah dan pola piker cemerlang  “Sang Pencerah.”

ahmad-dahlan

 Watak progresif dalam ide dan tindakan Kiai Dahlan disebabkan selama beliau melakukan rihlah ilmiyyah bukan hanya sekedar membaca atau menghafal teks/nash (apalagi sekedar membawa nya sebagai oleh-oleh), tetapi menyelami dan menelusuri peradaban yang mem- bentuk teks/nash itu sendiri, sehingga beliau bisa menelusuri asal-usul peradaban dan realitas ketika munculnya teks/nash hingga saat beliau membacanya. Pernyataan ini dapat didukung dengan keluasan pergaulan, wawasan, dan bacaannya yang mencakup ilmu turats (karya klasik Islam) dan khazanah hadlarah (kebudayaan dan peradaban Islam mutakhir). Alur pembelajarannya bukan hanya bermuara pada Ibnu Taimiyah (dalam masalah akidah), akan tetapi menelusuri ide baru dari Rasyid Ridha hingga ke Muhammad Abduh, bahkan merambah samudera ilmu Al-Ghazali (dalam bidang kalam, fiqih, filsafat, dan tasawuf). Fakta lebih otentik mengenaipemikiran Kiai Dahlan dapat ditelusuri dari naskah pidatonya dalam konfrensi Umat Islam di Cirebon tahun 1921 dan Pidato Rapat Tahunan Muhammadiyah Januari 1923 yang diterbitkan Majlis  Taman Pustaka PP Muhammadiyah dengan judul “Tali Pengikat Hidup” (Mulkhan, 2005). Baca lebih lanjut

Ingatkan IMM Konsisten Pada Garis Perjuangan

Suasana Pembukaan DAM

Suasana Pembukaan DAM

PAREPARE – Asisten Bidang Ekbang  dan Kesra Pemerintah Kota Parepare, Zahrial Djafar, mengingatkan kader-kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Selatan tetap konsisten pada garis perjuangan mereka, sebagaimana dirumuskan para pendiri IMM.

Penegasan ini disampaikan Zahrial, saat membuka Darul Arqam Madya atau pelatihan kepemimpinan tingkat menengah IMM se Sulawesi Selatan, di Kampus Universitas Muhammadiyah Parepare (Umpar), Minggu, 25 November.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh IMM Kota Parepare, mengambil tema “Peningkatan Pemahaman Ideologi Politik Serta Stratak dalam Bingkai Profetik”. Diikuti utusan IMM berbagai kabupaten kota di di Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat.

Sejumlah pengurus organisasi ekstrakampus tampak hadir, termasuk Ketua IMM Sulsel, Kaharuddin. Tampak pula Ketua Umum Muhammadiyah Parepare, Nadjib La Ady, dan Ketua Umum Aisyiyah Kota Parepare, Hj. Andi Hikma Azis.

Menurut Zahrial, saat ini terjadi disorientasi dan degradasi gerakan arah perjuangan organisasi-organisasi kemahasiswaan. Fenomena ini harus disikapi dengan bijak oleh organisasi-organisasi kemahasiswaan.

Zahrial minta kader-kader muda IMM tetap solid pada garis perjuangan mereka guna menyikapi secara tepat dan benar setiap perkembangan yang terjadi. “Sebab dengan cara itulah IMM akan tetap terpelihara pengaruh dan kewibawaannya di mata masyarakat,” katanya.

Dia juga berharap, kader-kader IMM, khususnya di Kota Parepare mampu melahirkan pemikiran-pemikiran yang segar, serasi dengan tuntutan kemajuan daerah, serta mempunyai manfaat pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan Kota Parepare.

Sumber : http://www.humaspemkotparepare.info

Muslimah Tangguh yang bernama Immawati

Muslimah Tangguh yang bernama Immawati

Beberapa hari belakangan ini, media khusunya jejarang sosial ramai memperbincangkan larangan berboncengan mengangkang bagi wanita. Yang menuai banyak protes termasuk dari beberapa lembaga Islam. Aturan ini dianggap perlu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, namun pihak lain menganggapnya berlebihan.

“Wanita yang boncengan di motor dengan posisi mengangkang bisa memprovokasi pengendara pria. Pelarangan ini juga dilakukan untuk melindungi kaum wanita dari kondisi yang tak diinginkan,” ungkap Walikota Lhouksemawe. “Wanita hanya boleh duduk mengangkang di sepeda motor jika mereka sendiri yang mengendarainya, selama mereka mengenakan pakaian secara Muslim,” lanjut Yahya. Aturan ini akan dipublikasikan dalam waktu tak lama. Pembicaraan mengenai sanksi terkait aturan tersebut akan dibahas dengan para pemuka agama. (Suarapembaruan.com)

Jika melihat polemik diatas sesungguhnya bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bukanlah sesuatu yang istimewa. Muslimah IMM yang biasa dipanggil Immawati jauh lebih awal telah mengamalkan cara berboncengan yang islami. Bahkan bagi Immawati, berboncengan dengan lawan jenis yang bukan mahram hukumnya tidak dibolehkan. Itu sesuai dengan adab islami yakni tidak berduaan apalagi bersentuhan tanpa udzur dan alasan yang syar’i dan darurat.

Baca lebih lanjut